Headlines News :
giyanto jaya. Diberdayakan oleh Blogger.
SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI SENKOM BANTEN 0303 GIYANTO JAYA

Latest Post

jika banjir datang

Written By Unknown on Jumat, 08 Februari 2013 | 20.08

 
intensitas hujan yang semakin meningkat membuat khawatir sejumlah warga di Dusun Bokesan, Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak. Saat ini, ada salah satu sudut talut yang di atasnya terdapat empat rumah warga dalam kondisi berlubang.
Kekhawatiran ini dirasakan Pujo Suwarno, warga Dusun Bokesan. Sudah setahun lebih, dia khawatir rumahnya bakal ikut longsor ditelan aliran Kali Opak. “Setiap hari selalu waspada, terlebih jika hujan turun dan banjir. Sebab jika banjir datang, rumah biasanya bergetar karena ada sebagian tanah yang sudah tidak terlindungi talut lagi,” kata Pujo saat ditemui Harian Jogja, Kamis (24/1/2013).
Talut pengaman di Sungai Opak ini sebenarnya sudah disemen. Talut ini merupakan hasil dari sumbangan pihak swasta sejak banjir lahar dingin tahun 2011 lalu. Permasalahannya, dinding sungai tersebut kini terkikis aliran Sungai Opak sepanjang, tujuh meter. Maka terlihat jelas seperti ada rongga yang cukup besar di bagian bawah, sementara di bagian atasnya masih berdiri rumah-rumah warga.
“Kerusakan sudah terjadi sejak setahun lalu, kami selalu periksa saat hujan. Sebab biasanya aliran sungai yang bertambah membawa serta tanah yang sudah tidak tertutup talut itu. Takutnya, akan terjadi longsor tiba–tiba,” kata Pujo.
Pujo menambahkan, jika di bawah talut yang pecah itu bukan batu cadas, sudah barang tentu pecahan itu akan tergerus aliran Sungai Opak. Namun karena berdiri di atas batu cadas, maka ada penyangga dan membuat lubang tidak terus menjadi besar.

Rehabilitasi Korban Erupsi

Rehabilitasi dan rekonstruksi dari erupsi Gunung Merapi 26 Oktober 2012 memerlukan dana sekitar Rp1,35 triliun.
Menurut Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasioanal Penanggulangan Bencana (BNPB), dana sebesar itu dari Pemda DIY sebesar Rp770,9 miliar dan dari Pemda Jawa Tengah Rp548,3 miliar.
“Erupsi Gunung Merapi pada 26 Oktober 2010 hingga November 2010 menimbulkan dampak korban, kerusakan dan kerugian di banyak sektor,” ujarnya, Minggu (13/1/2013).
Dana sebanyak itu, lanjutnya, dipergunakan untuk melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi di 5 sektor, yaitu permukiman, infrastruktur, sosial, ekonomi produktif, dan lintas sektor.
Di sektor permukiman sebanyak 3.612 Kepala Kleuarga (KK) perlu direlokasi ke tempat yang lebih aman, baik dari ancaman erupsi maupun lahar dingin.
Hingga saat ini sebanyak 2.553 KK berhasil direlokasi dan sekitar 1.059 KK belum bersedia direlokasi, dengan rincian 656 KK di Sleman D.I. Yogyakarta dan 403 KK di Jawa Tengah, baik terdampak erupsi (165 KK) dan lahar dingin (238 KK).

Jalan Desa Glagaharjo Rusak Parah

Jalan Desa Glagaharjo Rusak Parah
Kerusakan jalan cukup parah terjadi di ruas akses transportasi yang melewati Dusun Kejambon, Desa Glagaharjo, menuju Dusun Srunen, Cangkringan, Sleman, DIY. Jalan sepanjang sekitar delapan kilometer ini rusak parah akibat setiap hari menjadi jalur utama truk pengangkut material erupsi Gunung Merapi.

Kerusakan terlihat dari lapisan aspal yang habis, berganti lapisan tanah berbatu dan bergelombang. Pada musim hujan seperti ini, genangan-genangan air menjadi pemandangan lumrah yang bisa ditemui di sepanjang jalan.

Tak hanya genangan air, di Dusun Kejambon, air bahkan mengalir deras di badan jalan. Air tersebut berasal dari sungai kecil yang sudah tak mampu menampung arus sehingga tampak seperti sungai baru di badan jalan.

"Kalau kemarau berdebu, sedangkan saat hujan ada kolam dan sungai di tengah jalan," ujar Daimin, warga yang melintas di ruas jalan tersebut, Kamis (7/2/2013).

Kondisi ini sudah berlangsung setahun. Menurutnya, belum ada upaya perbaikan dari pemerintahan setempat.

Beban angkut kendaraan yang melebihi batas toleransi, diyakini sebagai penyebab utama kerusakan jalan. Terlebih, aktivitas penambangan terus berlangsung setiap hari. "Sehari, ratusan truk yang lewat,"



sumber : http://jogja.tribunnews.com/

Truk Terjebak Banjir Lahar Dingin


SLEMAN — Hujan deras yang turun di kawasan puncak Gunung Merapi mengakibatkan banjir lahar dingin berkapasitas ringan di Kali Gendol. Akibat banjir ini dua truk pengangkut pasir terjebak, tepatnya di Kali Gendol Dusun Batur, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman.
Dua truk itu terjebak lahar dingin dari Merapi pada Sabtu (5/1/2013) sore. Pasalnya waktu itu di Dusun Batur masih cerah namun di bagian atas Merapi terjadi hujan yang cukup lebat. Sopir dan beberapa orang yang melihat aliran air langsung pergi ke pinggir sungai dan meninggalkan truk mereka.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Namun, kejadian itu menjadi tontotan beberapa warga sekitar pada Minggu (6/1/2013) saat evakuasi berlangsung.

Salah satu truk pasir warna merah bernopol H 1952 DC berasil dievakuasi warga. Truk yang ditarik oleh warga sekitar 200 meter dari sungai ini seluruh mesinnya tertutup dengan pasir dan lumpur.
Salah satu warga Supriyadi mengatakan sopir truk tersebut hingga kini masih belum kelihatan. Namun pada Sabtu (5/1/2013) malam pihaknya meminta tolong warga sekitar untuk mengevakuasi truk tersebut.
“Mungkin sopirnya sedang mengurus di kantornya. Sebab kemarin hanya pesan agar warga bisa mengevakuasi truk jika banjir sudah mereda,” kata Supriyadi, Minggu.
Supriyadi menambahkan, di sini memang sering truk terjebak lahar dingin saat hujan lebat dan warga sekitar sering dimintai bantuan untuk mengevakuasi truk yang terjebak itu.
“Kalau kemarin bukan hanya truk yang terkena aliran lahar dingin tapi satu becko pengeruk pasir juga ikut terguling. Tapi malam harinya becko sudah bisa dievakuasi,” jelas Supriyadi.
Salah satu anggota Pecinta Alam Lereng Merapi (Palem), Warjono alias Lentu mengatakan jika Sabtu sore dia mendengar frekuensi SKSB Emergency. Dia menemukan banyak pembicaraan yang sifatnya obrolan ringan.
Padahal pada pukul 16.15 WIB ada informasi jika di atas Gunung Merapi hujan lebat. Dari atas diinformasikan ada aliran mencapai 60 milimeter di Sungai Gendol menuju ke bawah.
Namun informasi ini rupanya kalah dengan obrolan ringan para pengguna. Akibatnya, sopir yang juga mendengarkan frekuensi ini jadi tidak bisa mendengarkan informasi selanjutnya.
“Dan pada pukul 17.00 WIB saya dikabari kalau ada dua truk dan satu becko terjebak banjir di Sungai Gendol. Saya lihat, sopir juga masih di sana belum bisa berjalan ke pinggir,” kata Warjono.
Dengan kejadian ini, Warjono berharap agar frekuensi SKSB tidak dijadikan untuk berbincang-bincang yang kurang penting. “Terlebih jika ada informasi hujan lebat di atas Gunung Merapi, sebaiknya semua pembicaraan diarahkan ke sana. Sebab banyak warga yang bergantung pada informasi di frekuensi ini,


sumber: 

Lampu Sorot Pemantau Banjir Lahar

Ilustrasi/dok
SLEMAN—Minimnya kesadaran masyarakat untuk menjaga fasilitas umum membuat keberadaan lampu sorot pemantau banjir lahar hujan di beberapa sungai, sering hilang dicuri.
Berdasarkan data Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) Kabupaten Sleman, dari awal hingga akhir 2012, sebanyak tiga dari 80 titik lampu sorot yang diletakkan di Sungai Boyong, Gendol, Opak, dan Kuning, raib dicuri.
Kepala Dishubkominfo Sleman, Agoes Soesilo Endiarto, mengungkapkan, pencurian lampu sangat merugikan. Dari segi materiil, Pemkab setidaknya kehilangan aset senilai Rp10 juta, yakni rangkaian lampu sorot jenis Phillips 400 watt beserta kabel. Padahal, satu unit rangkaian lampu sorot tersebut diproyeksikan dapat digunakan selama lima tahun. “Selain merugikan, akibat pencurian ini juga sangat membahayakan keselamatan banyak warga,” ungkap Agoes, Selasa (29/1/2013).
Diakui Agoes, pihaknya tidak dapat melakukan penjagaan dan pemantauan atas seluruh keberadaan lampu sorot karena memang diletakkan di lokasi pinggiran sungai, yang biasanya jauh dari pemukiman warga.
Dari seluruh titik, lokasi lampu di daerah sepi lebih rawan dicuri, meskipun lampu sudah diletakkan pada ketinggian sekitar enam meter di atas permukaan tanah. “Kami mohon kepada seluruh masyarakat untuk ikut membantu menjaga fasilitas ini. Apalagi saat ini DIY dalam status kewaspadaan terhadap bencana. Kalau lampunya hilang, bagaimana kami bisa memantau kondisi sungai,” kata Agoes.

sumber : www.harianjogja.com

Material Masih Tersimpan di Lereng Merapi


SLEMAN  - Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Subandriyo menilai ancaman banjir lahar dingin tahun ini masih cukup besar. Pasalnya sampai saat ini masih ada sekitar 70 juta meter kubik material akibat erupsi Gunung Merapi.
"Material Merapi ini masih berportensi menjadi banjir lahar dingin saat terjadi hujan," ujar Subandriyo disela-sela sosialisasi siaga bencana di Kodim Sleman, Kamis (17/1).
Disebutkan, material ini mengancam 7 sungai yang berada di hulu Merapi. Dengan banyaknya material Merapi ini pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk selalu hati-hati akan ancaman lahar dingin.
"Pokoknya saat ada hujan jangan mendekat ke sungai. Karena bila tak hati-hati akan terjadi banjir lahar dingin," tegas Subandriyo

sumber : (KRjogja.com)

PMI KLATEN

http://pmi.rejanglebongkab.go.id/wp-content/blogs.dir/24/files//2012/07/Logo-Palang-Merah-Indonesia.png 
 KLATEN - Mengingat Kabupaten Klaten memiliki berbagai macam potensi bencana, PMI Kabupaten Klaten mengadakan Lomba Simulasi Sekolah Siaga Bencana, mulai Sabtu hingga Minggu (9-10/2), di Dokditlapur Klaten.

“Latar belakangnya, Klaten sebagai kabupaten rawan bencana nomor empat se-Jateng dan 19 se-Indonesia, maka perlu kesiapsiagaan terhadap bencana bagi semua lini masyarakat, termasuk sekolah,” jelas, Ketua PMI Klaten, Purwanto AC, di Klaten, Jumat (8/2/2013).

Kegiatan itu bertujuan untuk menguji kemampuan PMR di Klaten setelah mendapatkan pelatihan siaga bencana. “Kali ini, PMR sekolah dengan menguji kemampuan mereka setelah mendapatkan latihan yang diperoleh dari pembinanya selama ini dalam siaga bencana,” ucapnya.

Sekitar 3.000 peserta yang merupakan anggota PMR tingkat Madya dan Wira akan bersaing dalam lomba tersebut. Para peserta tersebut berasal dari SMP, SMA, dan SMK se-kabupaten Klaten. “Ada 96 sekolah yang ikut dalam lomba ini. Mayoritas sekolah negeri, tapi ada beberapa yang swasta,” tuturnya.

Penjurian dilakukan secara terpadu dari PMI Klaten, SAR Klaten, BPBD, perwakilan pendidikan, dan relawan. Sedangkan hadiah yang akan diberikan berupa tropi Bupati Klaten dan sertifikat bagi para peserta lomba tersebut.

SUMBER :  http://jogja.tribunnews.com/

AKTIVITAS GUNUNG MERAPI


LAPORAN AKTIVITAS GUNUNG MERAPI TANGGAL 28 JANUARI - 3 FEBRUARI 2013


Gambar 1.  Cuaca cerah disekitar G. Merapi terjadi pada tanggal 30 Januari 2013 diambil dari Deles

Visual 

 Pada minggu ini cuaca di sekitar puncak G. Merapi dominan mendung dan berkabut pada siang, sore dan malam hari. Cuaca cerah terjadi pada pagi hari teramati hanya sesekali saja (Gambar 1). Angin bertiup dominan ke arah Barat. Suhu udara berkisar 16-29 0C. Asap solfatara berwarna putih tipis hingga tebal dominan tebal, bertekanan lemah, dengan posisi condong ke Barat. Tinggi asap maksimum 450 m, terjadi pada tanggal 3 Februari 2013 pukul 05:50 WIB teramati dari Pos Kaliurang.
 
   Pada minggu ini kegempaan G. Merapi tercatat adanya gempa Guguran sebanyak 29 kali, MP 19 kali dan Tektonik 16 kali. Berdasarkan intensitas kegempaan, gempa-gempa yang terjadi masih menunjukkan dalam batas normal. Gambar 2 menunjukkan statistik kegempaan selama Februari 2011 hingga Februari 2013.

 
 
 Gambar 2.  Kegempaan G. Merapi Bulan Januari 2011 – Februari 2013
 Data deformasi berdasarkan pengukuran EDM (Electronic Distance Measurement) menunjukkan belum adanya perubahan jarak yang signifikan antara reflektor-reflektor yang terpasang di puncak G. Merapi (R1, R2, R3, dan R4) terhadap titik tetap di Pos Jrakah, Pos Babadan, Pos Kaliurang, dan Pos Selo (Gambar 3).
 

 
Gambar 3. Hasil pengukuran EDM Pos Kaliurang, Babadan, Jrakah dan Selo Bulan Juli 2011 –  Februari 2013
   Sedangkan data deformasi dengan pengukuran menggunakan tiltmeter ini juga belum menunjukkan adanya perubahan kemiringan yang signifikan antara alat yang berada di daerah Plawangan (Gambar 4) dan Pasarbubar (Gambar 5)
Gambar 4. Hasil Pengukuran Tiltmeter Plawangan Mei 2011 – Februari 2013
 

Gambar 5. Hasil Pengukuran Tiltmeter stasiun Pasarbubar Mei 2011 – Februari 2013
 
   Data curah hujan di sekitar Pos Pengamatan G. Merapi (Pos Kaliurang, Pos Ngepos, Pos Babadan, Pos Jrakah dan Pos Selo), menunjukkan curah hujan tertinggi tercatat di Pos Ngepos dengan intensitas sebesar 67 mm/jam selama 65 menit pada tanggal 28 Februari 2013. Gambar 6 menunjukkan curah hujan yang terjadi di setiap Pos G. Merapi.


Gambar 6. Curah  hujan di setiap pos pengamatan  pada bulan Januari 2011 – Februari  2013
Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental status aktivitas G. Merapi berada pada tingkat 
“Normal”

III. SARAN
  1. Mengingat curah hujan masih tinggi masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya lahar..
  2. Jika terjadi perubahan aktivitas G. Merapi yang signifikan maka status aktivitas G. Merapi akan segera ditinjau kembali.

  3. Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
     sumber : http://merapi.bgl.esdm.go.id/
http://suaramerdeka.com/foto_aktual/9d616cfbe911f73ad3add171bae838b4.jpg

ASAL PENGUNJUNG

TWITTERKU

Follow giyantoklaten on Twitter

save merapi

tweet

galeri

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. SAFE MERAPI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger